Tangisan Sebatang Pohon

abatasa | Selasa, 26 Februari 2013 08:13 WIB | 10.453 kali
Tangisan Sebatang Pohon
"Sesungguhnya ia menangis karena menyesal atas hilangnya apa yang biasa ia dengar, yakni dzikrullah."

Sebagai seorang kekasih Allah, segala sesuatu yang ada pada diri Rasulullah Saw. memiliki barakah yang banyak. Tak heran jika ketika Rasulullah Saw. berwudhu, orang-orang di sekitarnya mengambil air yang jatuh dari bekas wudhu beliau untuk diusapkan ke tubuhnya sendiri. Ada pula yang sekadar mengusapkan air itu ke wajah dan kepalanya. Hal itu disebabkan air tetesan wudhu dari Rasulullah Saw. tersebut memiliki berkah yang banyak. Sebab, air itu menetes dari tubuh kekasih Allah, tubuh yang penuh berkah.


Berbeda dengan manusia biasa. Jika manusia biasa yang berwudhu, maka tetesan air bekas wudhu yang jatuh dari anggota badannya itu membawa dosa-dosanya. Di samping mengambil berkah dari air tetesan bekas wudhu, orang-orang di sekitar Rasulullah Saw. juga mengambil keringat Rasulullah Saw.


Suatu siang, Ummu Sulaim menadah keringat Rasulullah Saw. yang pada saat itu sedang tidur. Beliau terbangun dan bertanya: "Apa yang sedang engkau lakukan, Ummu Sulaim?"


Lalu Ummu Sulaim menjawab, bahwa ia menadah keringat Rasulullah Saw. untuk diberikan kepada anak-anaknya agar mereka semua memperoleh berkah dari tubuh Rasulullah Saw. yang mulia. "Kami akan memberikannya sebagai berkah untuk anak- anak kami," ujar Ummu Sulaim. Rasulullah Saw. membenarkan tindakan Ummu Sulaim tersebut. "Engkau memang benar," tegas Rasulullah Saw.


Bahkan, Rasulullah Saw. sendiri pernah memberikan keringatnya kepada seorang bapak yang ingin memberikan hadiah untuk anak perempuannya yang akan menikah. Bapak itu datang menemui Rasulullah Saw. dan meminta sesuatu dari Rasulullah Saw. untuk dijadikan hadiah bagi anaknya. Sudah barang tentu, sang bapak meminta dari Rasulullah Saw. bukan karena ia seorang peminta-minta. Melainkan karena ia ingin memperoleh berkah dari pemberian Rasulullah Saw. untuk diserahkan kepada anak putrinya yang akan melangsungkan pernikahan.


Rasulullah Saw. tak memiliki sesuatu untuk diberikan. Maka, beliau meminta bapak itu membawa botol dengan mulut yang cukup besar. Setelah permintaan Rasulullah Saw. dipenuhi, beliau kemudian meletakkan bagian sikut dari lengannya di atas mulut botol. Maka meneteslah keringat beliau ke dalam botol itu. Keringat itulah yang kemudian diberikan Rasulullah Saw. kepada bapak tersebut untuk dihadiahkan kepada putrinya.


Tak hanya keringat. Bahkan, air ludah Rasulullah Saw. pun diperebutkan oleh orang-orang badui untuk diusapkan ke tubuh mereka. Mereka menginginkan berkah dari Rasulullah Saw. Jangankan manusia, makhluk lainnya pun menginginkan berkah dari Rasulullah Saw. Seperti yang dikatakan Jabir bin Abdullah dengan rawi Imam Bukhari, bahwasanya sebatang pohon kurma pernah menangis karena merasa kehilangan berkah dari tubuh Rasulullah Saw.


Pada awainya, batang pohon kurma itu dijadikan sebagai semacam podium untuk tempat berdiri Rasulullah Saw. tatkala beliau menyampaikan khutbah. Akan tetapi, bentuknya masih asli, atau masih berupa batangan pohon kurma. Selama beberapa waktu, batang pohon kurma itu senantiasa digunakan oleh Rasulullah Saw. Seiring dengan perkembangan waktu, Rasulullah Saw. merasa perlu untuk membuat podium baru sebagai tempat Rasulullah Saw. berdiri ketika menyampaikan khutbah.


Maka para sahabat pun kemudian bergotong-royong membuat podium baru. Pada hari jumat, mulailah podium baru itu dipakai oleh Rasulullah Saw. untuk menyampaikan khutbah jumat. Tatkala khutbah akan dimulai dan Rasulullah Saw. berdiri di atas podium baru itu, maka tiba-tiba saja para jamaah mendengar suara tangisan. Suara tangisan itu mirip seperti suara tangisan anak kecil.


Makin lama, suara tangisan itu terdengar makin keras. Mendadak orang-orang mendengar batang pohon kurma itu bergemeretak seperti akan terbelah. Rasulullah Saw. segera turun dari atas podium dan mendekati batang pohon kurma itu. Beliau mendekap batang pohon kurma itu seperti seorang ayah mendekap anaknya. Dan suara tangisan itu mereda. Beberapa saat, masih terdengar isak-isak kecil dari batang pohon itu.


Setelah batang pohon kurma itu terdiam, Rasulullah Saw. kemudian melepaskan dekapannya dan bersabda kepada orang- orang yang hadir: "Sesungguhnya ia menangis karena menyesal atas hilangnya apa yang biasa ia dengar, yakni dzikrullah." Batang pohon kurma itu menangis karena tak bisa lagi mendengar dengan jelas suara Rasulullah Saw. ketika menyampaikan khutbahnya. Dengan demikian, ia juga tak lagi bisa menjadi tempat bagi kaki kekasih Allah yang mulia itu berpijak. Ia merasa sedih karena berkah yang selama ini ia peroleh dari Rasulullah tak lagi ia dapatkan.


Ketika Rasulullah Saw. mendekap batang pohon kurma itu, alangkah gembiranya jika pada saat itu, kita sajalah yang menjadi batang pohon kurma itu. Siapa yang tidak ingin didekap penuh kasih sayang oleh tubuh yang penuh berkah Allah itu?


Sebagaimana seorang sahabat Rasulullah Saw. yang telah melihat beliau menguburkan dan mendoakan seorang syahid dalam sebuah peperangan. Sahabat itu kemudian berharap, sekiranya dirinyalah yang saat itu berada di dalam liang kubur tersebut. Sebab ia ingin memperoleh berkah dari doa Rasulullah Saw.

 

Sumber:


Mutiara Hikmah



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB